loading...

Wednesday, August 30, 2017

Sad Ripu

Sad Ripu
A.  Sad Ripu dalam Diri
Perilaku yang tidak baik (negatif) merupakan salah satu perilaku yang tidak boleh dilaksanakan. Dalam kehidupan ini, musuh yang harus dihindari oleh setiap makhluk hidup sangatlah dekat dengan diri.
Musuh manusia sangatlah dekat dengan dirinya. Dalam agama Hindu, musuh dalam diri  disebut   Ripu Sad Ripu.
Sad Ripu berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata sad berarti enam dan ripu berarti musuh. Jadi, secara harfiah, Sad Ripu berarti enam musuh dalam diri manusia. Enam musuh pada setiap orang dapat memengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya.
Dalam kekawin Ramayana, dijelaskan musuh sangatlah dekat.
Kekawin Ramayana sargah 1 berbunyi sebagai berikut: ragadi musuh mapara rihati ya tonggwanya tan madoh ringawak yeka tan hana ri siraprawira wikian sireng
Terjemahan:
Hawa nafsu dan sebagainya musuh yang dekat di dalam hati
tempatnya tidak jauh dari kita
yang seperti itu tidak ada padanya
pemberani dan sangat mengetahui tentang ilmu pengetahuan.

Kekawin Ramayana sargah 1 menjelaskan bahwa musuh manusia terdapat di dalam hati. Hati yang negatif dapat membuat seseorang melakukan perilaku - perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama.
Selain dalam kekawin Ramayana, dalam pustaka suci Sarasamuccaya juga mengungkapkan keberadaan musuh manusia.

Pustaka suci Sarasamuccaya sloka 128 menjelaskan bahwa:
amrtam    caiva    mrtyucca    dvayam    dehe    pratistitam, mrtyumpadyate mohdt satyendpaddyate'mrtam
Terjemahan
Tak berjauhan bisa (racun) itu dengan amrta; di sinilah, di badan sendirilah tempatnya. Dalam diri kita, terdapat sifat baik juga terdapat sifat buruk, diibaratkan racun dan amerta.
Musuh-musuh yang terdapat dalam diri manusia sangatlah berbahaya jika dipupuk, dan dipelihara. Enam musuh manusia itu adalah sebagai berikut.
1. Kama
Kama adalah keinginan atau hawa nafsu yang dimiliki oleh manusia.
Keinginan dapat bersifat positif dan negatif. Keinginan yang sifatnya positif dapat menumbuhkan orang-orang yang kreatif, inovatif, dan selalu melakukan perbuatan yang baik. Keinginan yang dimiliki manusia tanpa batas, dapat diibaratkan seperti alam semesta. Keinginan tersebut haruslah dikendalikan ke arah yang positif.
Hal ini terdapat dalam pustaka suci Bhagavad-gita  III.37.
kama esa krodha esa rajo-guna-samudbhavah mahdsano mahd-pdpmd viddhy enam iha vairinam
Terjemahan:
Itu adalah nafsu, amarah yang lahir dari rajaguna; sangat merusak, penuh dosa ketahuilah bahwa keduanya ini adalah musuh yang ada di bumi.
2. Lobha
Lobha adalah sifat tamak atau rakus yang dimiliki manusia. Sifat lobha yang terdapat dalam diri manusia ada yang bersifat negatif dan positif. Sifat lobha yang tergolong negatif akan menyebabkan seseorang terdorong untuk melakukan kejahatan karena merasa tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Orang yang memiliki sifat lobha y'ang negatif dapat menumbuhkan rasa gusar, resah, gelisah, dan tidak senang.

Sifat lobha tertuang dalam pustaka  suci Sarasamuccaya sloka 267, sebagai berikut:
jatasya hi kule mukhye paravittesu grhdyatah lobhasfa prajndmdhanti prajna hanti hata criyam.
Terjemahan:
Biar pun orang berketurunan mulia, jika berkeinginan merampas kepunyaan orang lain, hilanglah kearifannya karena kelobhaanya; apabila telah hilang kearifannya itu, itulah yang menghilangkan kemuliaannya dan seluruh kemegahannya.
3. Krodha
Krodha adalah sifat pemarah yang dimiliki manusia. Orang yang dipengaruhi kemarahan dapat menjadi sumber penderitaan dan kesengsaraan. Sifat krodha juga dapat menyebabkan pikiran tidak terkontrol sehingga dapat dijauhi semua orang.
Sifat marah tertuang dalam pustaka suci  sarasamuccaya Sloka 96, Sebagai  berikut:          
na catravah ksayam ydnti ydvajjwamapi ghnatah, krodham niyantum yo veda tasya dvesta na vidyate.
Terjemahan:
Sebenarnya, meskipun orang itu selalu jaya terhadap seterunya, serta tak tefrbilang jumlah musuh yang dibunuhnya, asal yang dibencinya musnah, selama hidupnya pun, jika ia hanya menuruti kemarahan hatinya belaka, tentu saja tidak akan habis-habis musuhnya itu

4. Moha
Moha adalah sifat bingung yang dapat menyebabkan pikiran menjadi gelap. Hal ini akan menyebabkan orang tersebut tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Pustaka  suci  Bhagavad-gitd XVIII. 25  menjelaskan bahwa:
anubhandham kshayam himsdm anapekshya capaurusam mohdd drabhyate karma yat tat tdmasam ucyate.
Terjemahan:
Kegiatan kerja yang dilakukan karena kebingungan tanpa menghiraukan akibatnya, menyakiti hati dan tak peduli akan kemampuan, yang demikian itu disebut tamasa.
Terdapat beberapa sebab timbulnya kebingungan antara lain:
a.       Kesusahan yang amat dalam.
b.      Kehilangan terhadap sesuatu yang sangat dicintai
c.       Masalah yang tidak mampu dipecahkan

5. Mada
Mada adalah mabuk. Orang mabuk pikirarinya tidak berfungsi secara baik. Akibatnya, timbullah sifat-sifat angkuh, sombong, takabur dan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati orang lain. Contoh mada ialah mabuk kekayaan, mabuk karena ketampanan.
Mabuk juga dapat ditimbulkan karena minum-minuman keras. Minum-minuman keras yang berlebihan akan menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran sehingga menimbulkan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Inilah misalnya orang yang tidak patut dijadikan kawan bergaul, orang yang mengusahakan penyakit dan kesedihan kepada orang lain, serta buruk laku, orang yang lupa, orang berbohong atau dusta, orang yang terikat hatinya kepada minuman keras, keenam orang yang sangat keji itulah, yang patut dihindarkan.
Kemabukan dalam pandangan agama Hindu banyak jenisnya, Adapun kemabukan dalam diri ada tujuh jenisnya, yang lebih dikenal dengan sebutan Sapta Timira, yakni sebagai berikut.
a.       Surupa artinya mabuk karena kecantikan atau ketampanan
b.      Dana artihya mabuk karena kekayaan atau harta benda
c.       Kulina artinya mabuk karena keturunan atau kebangsawanan
d.      Yowana artinya mabuk karena keremajaan
e.       Sura artinya mabuk karena minuman keras
f.       Guna artinya mabuk karena kepandaian
g.      Kasuran artinya mabuk karena keberanian
6. Matsarya
Matsarya adalah sifat dengki atau iri hati. Hal ini akan menyiksa diri sendiri dan dapat merugikan orang lain. Orang yang matsarya merasa hidupnya susah, miskin, bernasib sial sehingga akan menyiksa batinnya  sendiri.
Dalam pustaka suci Sarasamuccaya sloka 88, dijelaskan bahwa:      
abhidhyaluh parasvesu neha ndmutra nandati, tasmddabhidhya santyajaya sarvadabhipsata sukham.
Terjemahan:
Adalah orang yang tabiatnya menginginkan atau menghendaki milik orang lain, menaruh iri hati akan kebahagian orang lain; orang yang desnikian tabiatnya, sekali-kali tidak akan mendapat kebahagiaan di dunia ini, ataupun di dunia yang lain; oleh karena itu patut ditinggalkan tabiat itu oleh orang yang ingin mengalami kebahagiaan abadi.

Agama Hindu memandang bahwa musuh tidak jauh keberadaannya dari diri kita. Sesungguhnya musuh tersebut sangatlah dekat karena terdapat dalam diri setiap manusia.

No comments:

Post a Comment