loading...

Wednesday, August 30, 2017

AGAMA HINDU DI ASIA & INDONESIA

A.    SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI ASIA

Pada mulanya Agama Hindu muncul di lembah sungai Sindhu di India sebelah barat, tepatnya di Punyab,  yaitu hulu sungai Sindhu yang bercabang lima. Menurut pendapat Tilak, Wahyu Tuhan yang pertama telah diturunkan pada tahun 6000 SM.
Sumber pokok ialah  kitab-kitab suci Hindu yang terhimpun dalam Weda Sruti, Smerti, Itihasa, Upanisad dan sebagainya. Filsafat maupun kebudayaan yang tumbuh di India bersifat religius dalam arti bernafaskan keagamaan dan agama Hindu merupakan sumber kekuatan rohani yang menjiwainya.
 Perkembangan agama Hindu dapat di ketahui dari kitab-kitab suci agama Hindu yang terhimpun dan Veda Sruti, Veda Smrti, Itihasa, Upanisad dan sebagainya. Perkembangan agama Hindu di India, berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang yaitu berabad-abad hingga sekarang. Perkembangan Hindu di India oleh Radhakrisnan dibagi menjadi 4 (empat) periode. Keempat periode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 
1.   Zaman Veda (1500 SM-600 SM)
Zaman weda meliputi 3 zaman yaitu :
a.    Zaman Veda Kuna
Zaman ini dimulai dari datangnya bangsa Arya kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi ke India. Dengan menempati lembah sungai Sindhu, yang juga dikenal dengan nama Punyab (daerah lima aliran sungai) bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa. Yang terkenal sebagai pengembira, cerdas, tanguh dan terampil.
Zaman Veda Kuna merupakan Zaman penulisan wahyu suci Veda yang pertama yaitu Rg Veda. Kehidupan beragama pada Zaman ini di dasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum pada Veda Samhita. Veda adalah kitab suci agama Hindu, sumber ajaran agama Hindu adalah kitab suci Veda. Semua ajaran bernafaskan Veda, Veda menjiwai ajaran agama Hindu, karena itu agama Hindu diketahui kewenangan ajaran kitab suci Veda. Veda adalah wahyu atau sabda suci Tuhan Yang Maha Esa atau Hyang Widhi Wasa, yang diyakini oleh umatnya sebagai anadi ananta yakni tidak berawal dan tidak di ketahui kapan diturunkan dan berlaku sepanjang masa.
b.   Zaman Brahmana
Pada Zaman ini ditandai dengan munculnya kitab Brahmana sebagai bagian dari Veda Sruti yang disebut karma kanda. Kitab ini memuat himpunan doa-doa serta penjelasan upacara korban dan kewajiban-kewajiban keagamaan. Disusun dalam bentuk prosa yang ditulis oleh bangsa Arya yang bermukiman di bagian timur India Utara yaitu sungai Gangga.

Perkembangan agama Hindu pada Zaman Brahmana ini merupakan peralihan dari Zaman Veda Samhita ke Zaman Brahmana, kehidupan Brahman pada Zaman Brahmana ini ditandai dengan memusatkan keaktifan pada batin atau rohani dalam upacara korban. Kedudukan kaum brahmana mendapatkan perlindungan yang baik, karena dapat berpengaruh amat besar hal ini dapat dilihat pada masa pemerintahan dinasti Chandragupta Maurya (322-298 SM) di kerajaan Magadha berkat batuan Brahmana Canakya (Kautilya).
c.    Zaman Upanisad
Kehidupan agama Hindu pada zaman ini bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanisad yang tergolong Srurti dijelaskan secara filosofi. Konsepsi terhadap keyakinan panca sradha dijadikan titik tolak pembahasan oleh para arif bijaksana dan para rsi.
Melalui Upanisad yaitu duduk dekat dengan guru untuk menerima wejangan-wejangan suci yang bersifat rahasia, ajaran-ajaran tersebut di berikan kepada murid-muridnya yang setia dan patuh. Tempat berguru dilaksanakan dengan sistem Pasraman, yaitu secara terbatas di hutan. Ajaran Upanisad disebut Rahasiopadesa atau Aranyaka yang berarti ajaran Rahasia yang di tulis di hutan. Mengenai inti pokok dan isi Upanisad yang diberikan, adalah pembahasan hakikat Panca Sradha Tatwa.

2. Zaman Wiracarita (600 SM-200 M)
Zaman wiracarita meliputi masa perkembangan kitab-kitab Upanisad dan perkembangan sistem filsafat (darsana) selanjutnya dan munculnya kitab wiracarita Ramayana dan Mahabarata sebagai konsepsi baru yang  mengajarkan nilai-nilai kepahlawanan dan kebenaran (dharma).
Kitab Ramayana dan Mahabharata sebagai epos yang besar menyebarkan cita-cita baru mengenai kepahlawanan, kedewataan dalam hubungannya dengan insani mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup yang sejati.
Zaman wiracarita ditandai dengan timbulnya banyak pemikir-pemikir  dan filosof-filosof yang mengembangkan ajaran-ajaran filsafat, dengan bermacam aliran. Pada satu pihak timbul aliran yang non theistis yaitu aliran yang  tidak membahas masalah Tuhan maupun dewa-dewa seperti jainan dan budha. Sedang pada pihak lain muncul pula aliran theistis yang mengakui dan membahas masalah Tuhan sepertti Bhagawadgita dan kitab-kitab Upanisad lainnya.
3. Zaman Sutra
Zaman ini ditandai oleh munculnya kitab-kitab yang memuat penjelasan uraian dan komentar-komentar terhadap kitab weda dan mantra-mantra dalam bentuk prosa yang disusun secara singkat dengan maksud agar dapat dengan mudah dihafal dan mudah dipergunakan sebagai buku pegangan.
4. Zaman Scholastik
Zaman scholastik sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan zaman sutra-sutra. Zaman ini ditandai dengan lahirnya pemikir-pemikir besar sebagai umpamanya Sankara, Ramanuja, dan Madhwa. Pemikir-pemikir ini menulis kembali ajaran-ajaran terdahulu, dengan menyusun serta memberi interpretasi dan pengembangan-pengembangan baru, seperti misalnya ajaran adwaita, wasistadwaita, sistem saiwa sidhanta , pratyabijna, ajaran sakti dan lain-lain.

B.     SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDONESIA
Sebelum pengaruh Agama Hindu diterima oleh bangsa Indonesia, J. Brandes menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa bangsa Indonesia telah mengenal 10 (sepuluh) macam unsur kebudayaan asli yang meliputi : pengetahuan berlayar, sistem mata uang, sistem susunan pemerintahan, memande logam, seni membatik, seni wayang, seni gamelan, dan metrum (puisi berbentuk matrik). Sebelum pengaruh agama Hindu memasuki wilayah Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan menganut kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Untuk mengadakan pemujaan ke hadapan roh nenek moyang dipergunakan arca perwujudan. Pengaruh peradaban Hindu masuk ke Indonesia melalui proses akulturasi yakni perpaduan antara budaya asli Indonesia dengan budaya Hindu India.
1.      Perkembangan Agama Hindu di Kutai
Kutai terletak di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan ini diperkirakan berdiri sekitar tahun 400 Masehi.
Di Kutai diketemukan 7 buah Prasasti yang berbentuk Yupa yaitu tiang batu atau tugu peringatan untuk melaksanakan upacara kurban. Yupa sebagai prasasti bertuliskan huruf Pallawa, menggunakan bahasa Sansekerta dan tersusun dalam bentuk syair. Dari tulisan dalam yupa dapat diketahui bahwa raja Kudungga mempunyai putra bernama Aswawarman, selanjutnya Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Prof. Dr. Kern menyatakan bahwa nama “Kudung” adalah nama seorang kepala suku Nusantara pada waktu pengaruh Hindu mulai masuk. Kudungga adalah raja pribumi yang telah menganut Hindu, sehingga putranya dinobatkan menadi raja dengan upacara agama Hindu serta memberi akhiran nama “Warman”, disesuaikan dengan nama dalam bahasa Pallawa di India Selatan yang memakai nama Warman yang berarti pelindung.
Dalam Yupa tersebut juga disebutkan Sang Mulawarman raja yang mulia dan terkemuka yang telah memberikan sedekah 20 (dua puluh) ribu ekor sapi kepada Brahmana  di lapangan suci yang disebut dengan nama Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja Siwa. Tulisan dalam Yupa ini mempertegas lagi agama yang dianut oleh raja Mulawarman yaitu penganut Hindu.
Berdasarkan penemuan peninggalan sejarah berupa batu bertulis (Yupa) dapat diketahui bahwa agama Hindu telah berkembang dengan subur di Kutai. Hindu sebagai agama telah diterima oleh masyarakat Kutai sejak abad ke empat (4) Masehi. Adapun pengaruh agama Hindu yang diterima oleh masyarakat Kutai adalah Hindu ajaran Siwa.
2.      Perkembangan Agama Hindu di Jawa Barat
Dalam prasasti Ciaruteun terdapat lukisan dua telapak kaki Sang Punawarman yang disamakan dengan tapak kaki dewa Wisnu. Hal ini menegaskan bahwa Raja Punawarman adalah penganut Hindu yang menonjolkan Wisnu, manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi memberikan kemakmuran. Pada Prasasti Kebon Kopi terdapat gambaran tapak kaki gajah dari sang raja yang dikatakan sebagai tapak kaki Airawata (gajah Indra).
3.      Perkembangan Agama Hindu di Jawa Tengah
Keberadaan pengaruh Agama Hindu di Jawa Tengah dapat diketahui melalui bukti-bukti peninggalan sejarah berupa prasasti. Di Jawa Tengah tepatnya di lereng Gunng Merbabu, sebelah barat Desa Dakawu Kewedanaan Grebeng diketemukan sebuah prasasti yang diberi nama Prasasti Tukmas. Prasasti Tukmas ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Dilihat dari tipe tulisannya Prasasti Tukmas yang ditulis dengan huruf Pallawa berasal dari tahun 650 Masehi. Di dalam Prasasti tersebut terdapat gambar-gambar atribut Dewa Tri Murti seperti Tri Cula yang melambangkan dewa Siwa, Kendi sebagai lambang Dewa Brahma dan Cakra yang melambangkan dewa Wisnu.
4.      Perkembangan Agama Hindu di Jawa Timur
Keberadaan kerajaan Kanjuruan dapat dipergunakan sebagai salah satu landasan untuk mengetahui perkembangan Agama Hindu di Jawa Timur. Prasasti Dinoyo merupakan bukti peninggalan sejarah kerajaan kanjuruan.
5.      Perkembangan Agama Hindu di Bali
Keberadaan agama Hindu di Bali merupakan kelanjutan dari Agama Hindu yang berkembang di Jawa. Agama Hindu yang datang ke Bali disertai oleh agama Budha. 

C.     BUKTI-BUKTI PENINGGALAN SEJARAH AGAMA HINDU DI INDONESIA
 Masuknya Agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dari India. Di antara pedagang tersebut ada yang menetap di Indonesia dan membawa pengaruh agama dan kebudayaan mereka. Kebudayaan Hindu di masa lampau mewariskan bermacam-macam peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah yang bercorak kebudayaan Hindu antara lain candi, prasasti, patung, karya sastra (kitab), dan tradisi.
Berikut ini adalah peninggalan-peninggalan sejarah yang bercorak kebudayaan Hindu:
Candi
Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Pada candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa utama dalam ajaran Hindu. Tiga dewa itu adalah Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Brahma adalah dewa pencipta, Wisnu dewa pemelihara, dan Syiwa dewa pelebur. Pada dinding candi terdapat relief, yaitu gambar timbul yang biasanya dibuat dengan cara memahat. Relief mengisahkan sebuah cerita.
Candi peninggalan Hindu yang terkenal adalah Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang. Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 di perbatasan Yogyakarta dan Surakarta. Di dalam candi ini terdapat patung Trimurti dan relief yang mengisahkan cerita Ramayana. Tokoh dalam cerita Ramayana adalah Rama, Shinta, dan Burung Jatayu.
Prasasti
Prasasti adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau. Tulisan itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti peninggalan Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti tertua adalah Prasasti Yupa, dibuat sekitar tahun 350-400 M. Prasasti Yupa berasal dari Kerajaan Kutai. Yupa adalah tiang batu yang digunakan pada saat upacara korban. Hewan kurban ditambatkan pada tiang ini. Prasasti Yupa terdiri dari tujuh batu bertulis. Isi Prasasti Yupa adalah syair yang mengisahkan Raja Mulawarman.
Patung
Wujud patung Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat karena hewan tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat untuk mengabadikan tokoh tertentu dan untuk menggambarkan dewa dewi. Contoh patung peninggalan kerajaan Hindu yang terkenal adalah Patung Airlangga sedang menunggang garuda. Dalam patung itu, Airlangga digambarkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.
Karya sastra (kitab)
Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab. Kitab-kitab peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra peninggalan sejarah Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta pada daun lontar. Karya sastra yang terkenal antara lain Kitab Baratayuda dan Kitab Arjunawiwaha. Kitab Baratayuda dikarang Empu Sedah dan Empu Panuluh. Kitab Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi pengalaman hidup dan keberhasilan Raja Airlangga. 
Tradisi
Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini. Tradisi agama Hindu banyak ditemukan di daerah Bali karena penduduk Bali sebagian besar beragama Hindu. Tradisi agama Hindu yang berkembang di Bali, antara lain:
Upacara nelubulanin ketika bayi berumur 3 bulan.
Upacara potong gigi (mapandes).
Upacara pembakaran mayat yang disebut Ngaben. Dalam tradisi Ngaben, jenazah dibakar beserta sejumlah benda berharga yang dimiliki orang yang dibakar.
Ziarah, yaitu mengunjungi makam orang suci dan tempat suci leluhur seperti candi.


No comments:

Post a Comment